Pasangan peselancar Jeremy (35)-Mine (33) sudah mencantumkan
jadwal kunjungannya ke Pantai Plengkung, Banyuwangi, Jawa Timur. Selama
sepekan, dalam bulan Maret depan, suami-istri asal Queensland, Australia, itu mengincar
sensasi Plengkung setelah menjelajahi Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran
Sitobondo, Jawa Timur.
Jika turis luar negeri saja tertarik, bagaimana dengan Anda?
Jangan mengaku peselancar sejati jika belum pernah menjajal nyali berselancar
di pantai yang menghadap Samudra Hindia ini.
Pantai Plengkung tak sekadar elok dipandang mata. Pantai yang
juga lazim disebut ”G-land” ini juga menjadi tempat favorit peselancar di
dunia. Ombak setinggi 4-5 meter yang datang bersusulan membuat atraksi
berselancar (surfing) menjadi lebih menantang. Kepungan hutan juga membuat
tempat ini dijuluki ”surga kesunyian”.
Pantas saja Jeremy-Mine tak jemu-jemunya untuk menyambangi
tempat ini. Asal tahu saja, kedua turis ini sebetulnya sudah pernah
menggunjungi G-land empat tahun silam. Selama ini rupanya mereka memelihara
rasa penasaran. Pertengahan Maret memang menjadi salah satu waktu paling tepat
untuk melampiaskan hasrat mereka untuk kembali ”bercanda” dengan gulungan ombak
Plengkung.
Ombak pantai selatan akan meninggi mulai Maret hingga Oktober.
Biasanya mencapai puncak pada bulan purnama yang jatuh di pertengahan bulan.
”Kami ingin merasakan lagi sensasi gulungan ombak bersusulan
yang terkenal di G-land. Ombak yang Anda dapatkan bisa sangat tinggi dan itu
memanjang hampir setengah kilometer,” kata Mine yang pada Sabtu (19/2) mendaki
Gunung Ijen bersama Jeremy, suaminya.
Jeremy juga menyukai sensasi menjelajah hutan dan mengamati
perilaku satwa. Empat tahun lalu ia tidak bisa menyaksikan kawanan banteng (Bos
javanicus javanicus) yang ada di area pantai Sadengan, Alas Purwo. Kali ini, ia
berniat mengulangi lagi kegiatannya, dan berharap hasrat terpendamnya
terpenuhi.
Minat khusus
Sudah lama Pantai Plengkung yang berada di kawasan Taman
Nasional Alas Purwo (TNAP) menjadi tujuan para wisatawan berminat khusus.
Pantai ini apabila dilihat dari citra satelit bentuknya melengkung membentuk
huruf G terbalik. Posisi itulah yang membuat ombak setinggi 4-5 meter bisa
terbentuk. Para peselancar bisa merasakan sensasi dorongan ombak yang panjang
dan susul-menyusul. Dasar pantai G-land, menurut Suharto, Kepala Resor
Rawabendo, TNAP, berbentuk landai. Palung hanya ditemukan di sisi barat, yang
pernah menjadi lokasi pendaratan kapal. Posisi ini membuat G-land nyaman
sebagai tempat surfing. Namun, di balik keelokannya tentu perlu kehati-hatian
tersendiri. Pasalnya, karang yang berada di dalam laut bisa melukai peselancar
di dalam air.
Setiap tahun tidak kurang dari 400-600 wisatawan asing yang
datang untuk berselancar di pantai berpasir putih ini. Di tempat ini mereka
bisa menginap selama sepekan, bahkan berbulan-bulan di resor-resor dalam hutan.
Menembus hutan
Pantai Plengkung bisa dicapai lewat jalan darat dari Kota
Banyuwangi, atau jalan laut dari Pulau Bali. Perjalanan darat membutuhkan waktu
2-3 jam dari Kota Banyuwangi untuk sampai di gerbang pertama TNAP yang berada
di Kecamatan Tegaldlimo.
Sepanjang perjalanan dari gerbang pertama ke pos Rawabendo di
wilayah TNAP, di kanan-kiri jalan hanya tampak rerimbunan hutan jati. Akan
tetapi, begitu sampai di pos selanjutnya, yakni Pancur, vegetasi hutan hujan
tropis pun mulai memberi warna perjalanan ke Pantai Plengkung. Di sini berjejer
tumbuhan endemik Alas Purwo. Sebutlah, misalnya, sawo kecik (Manilkara kauki)
dan bambu manggong (Gigantochloa manggong).
Di sepanjang perjalanan juga bisa ditemukan tumbuhan seperti
nyamplung (Calophyllum inophyllum), keben (Barringtonia asiatica), ketapang
(Terminalia cattapa), kepuh (Sterculia foetida), dan berbagai jenis bambu.
Untuk melintas hutan tersebut, pengunjung harus memakai mobil
bergardan ganda (double gardan) atau four-wheel drive (4wd) milik TNAP. Mobil
tersebut siap mengangkut wisatawan melewati jalur yang belum beraspal,
berlumpur dan berbatu dari pos Pancur menuju pintu masuk Pantai Plengkung. Biayanya
mencapai Rp 130.000 per mobil, pergi-pulang.
Suasana hutan yang dihiasi dengan kicauan burung dan
keanekaragaman tanaman lebih terasa jika Anda duduk di bak mobil jagawana
tersebut. Di tempat itu, sudut pandang Anda bisa lebih luas. Jika beruntung Anda
akan menemukan babi hutan yang mencari makan di tepi jalan, atau biawak sebesar komodo yang
sedang berjemur di dekat sungai. Akan tetapi, Anda harus tahan guncangan akibat
jalan tak rata sepanjang 15 kilometer.
Sampai di gerbang Pantai Plengkung, perjalanan pun disambung
dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 200 meter menuju pantai. Di titik
pemberhentian itu pula pengunjung disambut dengan papan kayu penunjuk lokasi
resor, seperti Bobby’s camp atau Joyo’s camp.
Jika perjalanan di darat membutuhkan waktu 4-5 jam, perjalanan
lewat laut bisa ditempuh lebih singkat. Dari Kuta di Bali hanya perlu waktu dua
jam. Tarif yang ditawarkan mencapai 125 dollar Amerika Serikat (AS) per orang.
Di kawasan Pantai Plengkung, wisatawan biasanya menginap selama
sepekan. Mereka bisa menginap di resor bertarif dollar atau wisma milik TNAP
yang letaknya agak jauh dari Plengkung, tetapi bertarif rupiah.
Resor-resor di Plengkung semuanya memanfaatkan kesunyian hutan.
Hanief, Direktur Bobby’s Camp di G-land, mengatakan bahwa resornya
mengoperasikan generator listrik minim suara. Generator itu mampu menerangi
resor dan menghidupkan penyejuk udara (AC,) TV kabel, dan air panas. Setiap
hari mereka juga memproduksi roti sendiri dan mengolah makanan lokal, seperti
ubi rebus dan talas, untuk memenuhi akomodasi dan makanan para peselancar.
Dengan rata-rata 100 dollar AS setiap hari, selama minimal tiga
hari, wisatawan bisa menikmati senyapnya hutan, gulungan ombak, lengkap dengan
akomodasi hotel berbintang.
Namun, jika ingin lebih irit, Wisma TNAP yang berada di
Rawabendo bisa jadi pilihan. Tarif kamarnya hanya Rp 100.000. Warung di area
kompleks wisma bisa menjadi pilihan tempat makan, selain pesan makanan dari
wisma.
Di tempat inilah Anda bisa
mengenyam sensasi lain, yakni, kicauan burung, perilaku hewan, dan gemerisik
gesekan dedaunan.
My Opinion : beach is the most popular tourist
attractions by Indonesian citizens and foreign tourists. They come to the beach
to enjoy its beauty, and also sunbathing, surfing, and relaxing on the beach.
Not infrequently foreign residents come from different countries to enjoy the
beauty of beaches in Indonesia, such as for example these Plengkung beach as the
berths of this spouses surfers from Australia. they chose the beach
"g-land" as unsaturated sights they visit, Waves as high as 4-5
meters coming continuously makes surfing becomes more challenging for this
husband and wive who surf here. They also enjoy the resorts that is located not
far from the beach.