Selasa, 02 Oktober 2012

Tak Heran apabila Kemacetan Sulit Diurai


JAKARTA, KOMPAS.com — Kemacetan di Jakarta seolah telah menjadi ciri khas di ibu kota negara ini. Sebagian besar warga Jakarta juga mengeluhkan ledakan jumlah kendaraan sebagai penyebab utama kemacetan di ibu kota.
Hasbi Hasibuan selaku Sekretaris Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengemukakan bahwa laju pertumbuhan kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebab masalah ini.
"Rasio jumlah kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum adalah 98 persen berbanding 2 persen. Jumlah kendaraan pribadi tersebut mengangkut 49,7 persen perpindahan manusia per hari, sedangkan kendaraan umum mengangkut sekitar 50,3 persen perpindahan manusia per hari," ungkap Hasbi ketika dialog publik mengenai "Rencana Penerapan ERP di Kota Jakarta", Rabu (23/3/2011).
Kondisi ini diperparah dengan adanya sekitar 600.000 unit kendaraan yang mengangkut lebih kurang 1,2 juta orang dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Jakarta. Jumlah ini tentunya terus bertambah.
Jika pertumbuhan kendaraan berbanding terbalik dengan pembangunan jalan dan infrastrukturnya, maka dipastikan pada tahun 2014 Jakarta macet total."Sistem 3-in-1 sekarang sudah tidak lagi efektif mengatasi kemacetan. Pembangunan jalan layang non-tol yang baru-baru ini dilakukan bisa mengatasi kemacetan, tapi tampaknya tidak akan bertahan lama," ujarnya.
Sistem 3-in-1 yang diterapkan sejak 1992 memang sudah tidak efektif lagi mengatasi kemacetan Jakarta. Sistem ini justru memicu persoalan baru, yaitu menjamurnya joki. Sedangkan pembangunan 56flyover dan underpass yang selesai dikerjakan dalam 10 tahun terakhir juga menemui hasil serupa.
Kemacetan semakin hari malah makin menjadi-jadi. Belum lagi banyaknya prasarana jalan yang rusak dan mudah tergenang saat hujan semakin memperparah kemacetan.
Menurut Hasbi, rencana penerapan ERP ini mesti terwujud. Hal ini juga dimaksudkan untuk menekan laju pertumbuhan kendaraan bermotor di jalanan Jakarta, sekaligus membuat para pengendara kendaraan pribadi itu berpindah ke kendaraan umum.
"Semuanya harus diawali dengan perbaikan moda angkutan umum terlebih dahulu. Busway saya rasa sudah cukup mewakili. Tapi, tetap harus terus dipelihara dan ditambah biar kemacetan berkurang," tandasnya.

My Opinion : Traffic jam in Jakarta City has become something that are hard to erase. There has been so many ways that has been done to reduce the traffic jam like built a busway, increase some railway carriage and etc, but seems useless, it’s like that Jakarta and the traffic jam is one unit that cannot be separated. So many imigrant that are coming to Jakarta from suburban area in order to make a better life has become one of the reason, make Jakarta more crowded. Even there are so many public transportation is still not enough to reduce the traffic jam because each person bring their own transportation everywhere they are going. Traffic jam occur mostly in the morning and in the evening even until midnight. I don’t know why if there is a rain the traffic jam become worse than when it’s not rain and on weekend too. It is said that in Jakarta half of your day is spent on the road.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar