JAKARTA, KOMPAS.com — Kemacetan di Jakarta seolah telah menjadi
ciri khas di ibu kota negara ini. Sebagian besar warga Jakarta juga mengeluhkan
ledakan jumlah kendaraan sebagai penyebab utama kemacetan di ibu kota.
Hasbi Hasibuan selaku Sekretaris Dinas Perhubungan DKI Jakarta
mengemukakan bahwa laju pertumbuhan kendaraan pribadi menjadi salah satu
penyebab masalah ini.
"Rasio jumlah kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum
adalah 98 persen berbanding 2 persen. Jumlah kendaraan pribadi tersebut
mengangkut 49,7 persen perpindahan manusia per hari, sedangkan kendaraan umum
mengangkut sekitar 50,3 persen perpindahan manusia per hari," ungkap Hasbi
ketika dialog publik mengenai "Rencana Penerapan ERP di Kota Jakarta",
Rabu (23/3/2011).
Kondisi ini diperparah dengan adanya sekitar 600.000 unit
kendaraan yang mengangkut lebih kurang 1,2 juta orang dari Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi menuju Jakarta. Jumlah ini tentunya terus bertambah.
Jika pertumbuhan kendaraan berbanding terbalik dengan
pembangunan jalan dan infrastrukturnya, maka dipastikan pada tahun 2014 Jakarta
macet total."Sistem 3-in-1 sekarang sudah tidak lagi
efektif mengatasi kemacetan. Pembangunan jalan layang non-tol yang baru-baru
ini dilakukan bisa mengatasi kemacetan, tapi tampaknya tidak akan bertahan
lama," ujarnya.
Sistem 3-in-1 yang diterapkan sejak 1992 memang
sudah tidak efektif lagi mengatasi kemacetan Jakarta. Sistem ini justru memicu
persoalan baru, yaitu menjamurnya joki. Sedangkan pembangunan 56flyover dan underpass yang
selesai dikerjakan dalam 10 tahun terakhir juga menemui hasil serupa.
Kemacetan semakin hari malah makin menjadi-jadi. Belum lagi
banyaknya prasarana jalan yang rusak dan mudah tergenang saat hujan semakin
memperparah kemacetan.
Menurut Hasbi, rencana penerapan ERP ini mesti terwujud. Hal ini
juga dimaksudkan untuk menekan laju pertumbuhan kendaraan bermotor di jalanan
Jakarta, sekaligus membuat para pengendara kendaraan pribadi itu berpindah ke
kendaraan umum.
"Semuanya harus diawali dengan perbaikan moda angkutan umum
terlebih dahulu. Busway saya rasa sudah cukup mewakili. Tapi,
tetap harus terus dipelihara dan ditambah biar kemacetan berkurang,"
tandasnya.
Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2011/03/23/20150392/Tak.Heran.apabila.Kemacetan.Sulit.Diurai
My Opinion : Traffic jam in Jakarta City has become
something that are hard to erase. There has been so many ways that has been
done to reduce the traffic jam like built a busway, increase some railway
carriage and etc, but seems useless, it’s like that Jakarta and the traffic jam
is one unit that cannot be separated. So many imigrant that are coming to
Jakarta from suburban area in order to make a better life has become one of the
reason, make Jakarta more crowded. Even there are so many public transportation
is still not enough to reduce the traffic jam because each person bring their
own transportation everywhere they are going. Traffic jam occur mostly in the
morning and in the evening even until midnight. I don’t know why if there is a
rain the traffic jam become worse than when it’s not rain and on weekend too.
It is said that in Jakarta half of your day is spent on the road.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar